Kau
Daftar Isi [Tampil]
Kau
tak bakal mendapatkan ucapan selamat tidur. Tapi kau masih tetap saja
membuka mata. Kau seolah enggan memejam dan asyik terjaga. Seseorang mengawasi gerikmu. Ayo tidurlah! Bukankah besok kau punya janji?
Maka kau berangsut terlungkup. Merebahkan bodi yang sudah menemani kau beraktivitas tadi. Kemudian kau berkata, "Selamat tidur, Dunia."
Maka kau berangsut terlungkup. Merebahkan bodi yang sudah menemani kau beraktivitas tadi. Kemudian kau berkata, "Selamat tidur, Dunia."
Dunia
tau sekarang kau lelah. Tapi kau tak mau menyerah. Kau harus
menyelesaikan misi yang kau rajut. Kau harus bergegas. Waktu yang kau
punya tidak banyak. Segeralah pergi dan berlari. Seseorang menanti kau
sejak tadi. Hati-hatilah di jalan, Nak.
Berkali
kali kau cuma menguap. Tak satupun kerjaan yang dapat kau sentuh. Kau
masih bego. Semua makhluk tau hal itu. Masih mau kah kau seperti itu?
Bertindak lah, Boy!
Sepertinya kau nyaris putus asa. Seseorang berkata kepadamu, 'Jangan pernah menyerah, Kawan.'
Kau hanya kelelahan, itu alasan yang kau buat. Pasti kau bukan pecundang. Ini baru hari pertama. Kau akan melewati hari-hari yang lain. Besok, lusa, atau setahun lagi. Tak masalah. Bahagia yang kau terima bakal jadi upah terindah. Percaya lah.
Kau hanya kelelahan, itu alasan yang kau buat. Pasti kau bukan pecundang. Ini baru hari pertama. Kau akan melewati hari-hari yang lain. Besok, lusa, atau setahun lagi. Tak masalah. Bahagia yang kau terima bakal jadi upah terindah. Percaya lah.
Ada
yang mengintai kau. Saat kau melepaskan hasrat yang sudah membuat kau
gelisah. Kau mungkin tidak tau. Tapi Dia Maha Tau. Tidakkah kau bosan
dengan hal itu? Ini sia-sia jika kau paham. Kau sangat mengecewakan.
Kenapa? Kau bingung? Renungi.
Sepertinya
kau lagi berpikir. Sesuatu yang semestinya kau kerjakan. Kau ingin
merampungkan tulisanmu, kan? Apa yang kau tunggu? Lekaslah kerjakan.
Seorang gadis dengan setianya meneriakan semangat hanya untuk kau. Apa
lagi yang kurang? Bergegaslah. You can do it, if you want to try it.
Katanya
kau kurang semangat. Mungkin karena kau kurang gerak saja. Bergeraklah!
Raih citamu. Apa yang kau inginkan sudah di depan mata.
Kau berkeringat. Padahal kau tak melakukan apapun.
Kau
merasa bad mood. Seperti sedia kala kau pun tak tau mengapa kau bad
mood. Kau tetap berasumsi kau bodoh. Maka kau pun bodoh. Ternyata kau memang
bodoh. Lalu apa namanya kalo bukan bodoh?
Kau malah bosan dengan keadaan yang kau hadapi ini. Mungkin karena kau berpikir semua itu hanya monoton saja.
Kawan kau membosankan? Ah, sepertinya memang menyebalkan. Tapi kau coba menahan diri. Kau sadar dengan ego yang kau miliki. Bersabarlah. Kau pasti bisa lebih baik.Kau malah bosan dengan keadaan yang kau hadapi ini. Mungkin karena kau berpikir semua itu hanya monoton saja.
Kawan kau membosankan? Ah, sepertinya memang menyebalkan. Tapi kau coba menahan diri. Kau sadar dengan ego yang kau miliki. Bersabarlah. Kau pasti bisa lebih baik.
Kau mendapat info. 'Namanya ibu Yeyen. Butuh pegawai juru ketik.' Itu dari kawan kau.
Kau tersentak. Belum bertindak. Kau pasti berpikir akan menemui ibu itu seusai kuliah, bukan? Ganabate.
Kau tersentak. Belum bertindak. Kau pasti berpikir akan menemui ibu itu seusai kuliah, bukan? Ganabate.
Kau
sekarang tak berani berambisi. Bahkan hanya untuk menargetkan saja kau
tak bernyali. Ini terlalu sulit menurut kau. Entah apa yang salah. Kau
hanya takut. Takut jika apa yang kau harapkan tidak tercapai.
Kau itu selain bodoh ternyata penakut juga. Lantas apa istimewanya kau?
Kau itu selain bodoh ternyata penakut juga. Lantas apa istimewanya kau?
Kau
dapat bingkisan cantik dari kawan kau. Sebuah T-Shirt yang ukurannya
terlalu gede dan sebuah pensil imitasi. Kau mulai berasumsi begini.
Kawan kau punya pesan di balik ini. Dalam otak bawah sadar, kau menghayalkan kawan kau berkata:
'Ini bukan pensil ajaib. Bukan pula pensil sakti. Ini hanyalah sebuah simbolik. Aku tau kau bisa nulis. Aku ingin kau jadi penulis. Aku ingin kau jadi orang besar, Kawan.'
Kau terpejam seraya mengucapkan aamiin. Lalu kau tersenyum. Bersyukur kepada Allah SWT karena telah menciptakan dia sebagai sahabat kau.
'Terimakasih atas hadiahnya.' Kau hanya mampu berkata itu.
'Ini bukan pensil ajaib. Bukan pula pensil sakti. Ini hanyalah sebuah simbolik. Aku tau kau bisa nulis. Aku ingin kau jadi penulis. Aku ingin kau jadi orang besar, Kawan.'
Kau terpejam seraya mengucapkan aamiin. Lalu kau tersenyum. Bersyukur kepada Allah SWT karena telah menciptakan dia sebagai sahabat kau.
'Terimakasih atas hadiahnya.' Kau hanya mampu berkata itu.
judulnya perasaan gak nyambung sama isi deh hadi haha
BalasHapusterharu.... :D
BalasHapusini ekspresi banget. sesaat tapi keluar semua. spontanitasnya pun OK banget. OK-lahh, dunia memang lagi tidur juga koq, hehe
BalasHapus